9/19/2011

Gua vs Seni

Oke, perlu kalian ketahui bahwa gua harus mandi dalam setengah jam ke depan karena gua ada kuliah pagi. Tapi gua sempetin nulis hal ini karena gua udah sangat berhasrat untuk berseni. Sekali lagi, tanpa air!

Kemarin, setelah latihan Story Telling (ga usah lu tanya, ntar kapan-kapan gua jelasin!) gua menyempatkan diri untuk ikut sebuah persekutuan yang diadain sama PMK kampus gua. Intinya tentang bagaimana menjadi seorang pelayan. Maksudnya pelayan disini adalah orang-orang yang melakukan sesuatu yang dia bisa didepan jemaat (bahasa gampangnya, penonton). Perlu lu ketahui, gua sama sekali ga konsen. Pertama, gua ga terlalu setuju sama si pembicara (boleh kan ga setuju?). Kedua, temen sebelah gua sangat menarik untuk diajak ngobrol. Alhasil, gua ngobrol! (ooops, ketauan!).

Nah, obrolan yang cukup menarik antara gua bareng si Hornop ini adalah tentang karya musik. Pertanyaan dia kira-kira gini, "Cho, kau (informasi tambahan, Hornop itu seoarang Batak sejati.) setuju ga, kalo lagu-lagu ciptaan agama lain itu bisa dijadiin referensi lagu rohani? Kaya lagunya Ungu yang Andai Ku Tau kan yang nyiptain Muslim, tapi kan lagunya bagus.. Kira-kira bisa dibikin lagu rohani ga yah?" Nah otak gua langsung menampilkan berbagai opsi jawaban-jawaban bijak supaya gua terlihat sedikit keren di depan apara (kalo di Batak, marganya sama, katanya manggilnya apara. Oh iya.. GUA PUNYA MARGA!! GUA BATAK!) gua. Lalu gua dapat pencerahan. Jadi ini lah isi otak gua kemarin :

Menurut gua, setiap hasil karya itu punya banyak banget sisi, tergantung sama bagaimana cara kita melihat. Gua ga terlalu ngeh sama lagunya Ungu yang tadi, jadi mari kita pakai sesuatu yang gua juga suka. Terima Kasih Cinta oleh Afgan. Dan ini sedikit cuplikan liriknya

Terima kasih cinta, untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Takkan terulang lagi, semua
Kesalahanku, yang pernah menyakitimu.

Bandingin kalo gua melihatnya seperti ini..

Terima kasih Cinta, untuk segalanya
Kau berikan lagi kesempatan itu
Takkan terulang lagi, semua
Kesalahanku, yang pernah menyakitiMu.

Cukup berbeda kan yah? Dan gua bisa menganggap kalo Tuhan emang selalu ngasih gua kesempatan untuk berubah. Meskipun gua dan Afgan beda kepercayaan, tapi karya seninya bisa jadi berkat juga buat gua. Dan itu yang gua sebut sebagai KARYA SENI. Kita coba contoh yang lain. Kali ini gua balik kondisinya sama lagu Terima Kasih Cinta oleh Glen Fredly (benarkah penulisannya? maaf ya om.. ^^) dan ini cuplikan liriknya

Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
Bukan karena kuat dan hebatku
Semua karena cinta, semua karena cinta
Tak mampu diriku, dapat berdiri tegar, terima kasih cinta

Dan bandingannya


Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
Bukan karena kuat dan hebatku
Semua karena Cinta, semua karena Cinta
Tak mampu diriku, dapat berdiri tegar, terima kasih Cinta

Menurut gua, saat cintanya Tuhan ada pada diri kita, ya kita bisa tegar buat ngadepin semuanya. Mungkin temen-temen yang agamanya beda sama Glen pun beranggapan sama dan kita semua bisa menikmati dan terberkati sama lagu ini.

Apa tujuan gua nulis ini? Gua mau bilang kalo kita ga usah rasis sama latar belakang sebuah lagu, atau secara general, karya seni. Karena siapapun yang buat, semua tergantung kita untuk menilai secara positif. Gua bukannya mau ngebelain salah satu boy-band yang buat Indonesia gempar. Tapi kita sama-sama tau lah yang namanya SM*SH. Ada lagu yang liriknya seperti ini

senyumanku tak akan pernah luntur lagi
singing all day long
semangat ku tak akan pernah patah lagi
dancing all night long

Gua ga hafal sama liriknya jadi, gua petik dari situs ini.
Nah, perlu kalian ketahui, bahwa gua salah satu orang yang ga suka sama mereka karena konsepnya agak-agak ga jelas buat gua. Khususnya lagu ini, gua ga suka. Tapi coba lu perhatikan liriknya. Itu lirik yang, menurut gua, cukup membangun. Ga ada salahnya kan gua muji mereka karena liriknya? Dan sekali lagi gua bilang, karena lu bete sama mereka, ga seharusnya lu menghina karyanya sedemikian rupa. Gua pernah hina mereka? Pernah! Tapi gua tetep menghargai mereka karena mereka berusaha, dan toh mereka mulai makin baik, sepertinya.

Jadi, jangan pernah mencoba untuk menghancurkan karya seni orang lain, karena banyak sisi yang bisa dipelajari. Ntah siapapun orang yang menghasilkannya. Gua juga berharap kalau karya seni gua ini (semoga gua layak menyebut tulisan cemen ini dengan karya seni) bisa menjadi berkat tersendiri buat temen-temen yang sempet, atau ga sengaja baca disini. Dan buat abang pembicara kemarin, "Sorry bro! Ane lagi ga bener kemarin. Yang lain pasti meratiin ko. Haha!"

Oke, genap sudah setengah jam dan gua sudah akan mulai berseni lagi. Kali ini gua butuh yang basah. Caw!!

ps : oh iya buat anak-anak Sukabirus. Tadi gua sarapan nasi uduk depan FC Rajawali, ada warung Mas Jablay. Cuman informasi aja, mba-mbanya cantik :P

2 respon:

Bilp63 said...

Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
Bukan karena kuat dan hebatku
Semua karena cinta, semua karena cinta
Tak mampu diriku, dapat berdiri tegar, terima kasih cinta



Dan bandingannya



Dan bila aku berdiri tegar sampai hari ini
Bukan karena kuat dan hebatku
Semua karena Cinta, semua karena Cinta
Tak mampu diriku, dapat berdiri tegar, terima kasih Cinta;;;;;komentar sama persis kok dibandingkan,...hmmmm *) mantap karya seni dengan memodif lirik, selanjutnya membuat lirik orisinil ya,.....

yurichobilly said...

itu bukan modif lirik pap.., itu mengubah sudut pandang digeser2 sedikit ^^

Post a Comment